Diare merupakan salah satu gejala penyakit yang sering terjadi pada anak-anak, khususnya di bawah usia 2 tahun. Menurut laporan Departemen Kesehatan, secara umum anak-anak Indonesia mengalami diare 1-2 kali dalam setahun. Pada beberapa anak, diare berlangsung tidak hanya dalam beberapa hari, namun terjadi sampai berminggu-minggu lamanya atau terjadi berulang kali. Apa penyebabnya?
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]D[/dropcap]iare didefinisikan secara umum sebagai meningkatnya frekuensi tinja atau konsistensinya menjadi lebih lunak dari biasanya. Namun secara epidemiologis, diare didefinisikan sebagai keluarnya tinja lunak atau cair tiga kali atau lebih dalam satu hari.
Anda perlu mengetahui tipe-tipe diare yang dapat terjadi.
1). Diare cair akut
Diare cair akut adalah diare yang terjadi secara akut dan berlangsung kurang dari 14 hari (kebanyakan kurang dari 7 hari), dengan pengeluaran tinja lunak atau cair yang sering dan tanpa darah. Penyebab tersering dan terpenting diare cair akut pada anak-anak di negara berkembang adalah rotavirus, E.coli, C.jejuni, dan lainnya.
2). Disentri
Disentri adalah diare yang disertai darah dalam tinja yang paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri Shigella. Gejala yang dapat ditemukan diantaranya adalah anoreksia dan penurunan berat badan.
3). Diare persisten
Diare persisten adalah diare yang mula-mula bersifat akut namun berlangsung lebih dari 14 hari. Episode ini dapat dimulai sebagai diare cair atau disentri.
4). Diare kronik (berulang)
Diare kronik adalah diare yang muncul berulang, sifatnya hilang timbul, atau yang berlangsung lama dengan penyebab non-spesifik.
Kebanyakan episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi pada anak-anak usia 6-11 bulan, pada masa mulai diberikannya makanan pendamping. Hal ini menggambarkan keadaan yang ditimbulkan karena adanya efek dari penurunan kadar antibodi ibu, masih belum matangnya kekebalan aktif bayi, dan pengenalan makanan yang kemungkinan terpapar dengan bakteri dan kuman.
Nah, jika si kecil mengalami diare kronik atau berulang, Anda perlu mengetahui faktor apa saja yang dapat menyebabkan timbulnya diare sehingga akan mempermudah kita untuk mencari tahu sebab anak Anda mengalami diare terus-menerus.
Ada beberapa perilaku khusus yang dapat menyebabkan penyebaran kuman dan meningkatkan risiko terjadinya diare. Perilaku tersebut adalah:
- Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan. Risiko untuk menderita diare beberapa kali lebih besar pada bayi yang tidak diberi ASI daripada bayi yang disusui secara penuh.
- Penggunaan botol susu yang tidak higienis. Penggunaan botol ini memudahkan pencernaan oleh kuman. Sewaktu susu dimasukkan ke dalam botol yang tidak bersih atau bila tidak segera diminum, akan terjadi kontaminasi kuman.
- Tidak membuang tinja bayi dengan benar. Sering orang menganggap bahwa tinja bayi tidak berbahaya, padahal sesungguhnya tinja bayi dapat mengandung virus atau bakteri dalam jumlah banyak.
Selain hal di atas, Anda harus mencermati bagaimana kondisi kesehatan anak Anda. Jika si kecil mengalami masalah gizi dan sering terkena penyakit batuk pilek, campak, infeksi virus lainnya, maka kemungkinan berulangnya diare akan semakin besar. Hal ini disebabkan oleh karena penurunan kekebalan tubuh si kecil.
Diare yang berlangsung terus-menerus mungkin merupakan gejala dari beberapa penyakit, diantaranya alergi protein susu, alergi gluten, gangguan metabolisme, atau sindrom malabsorpsi.
Umumnya yang dimaksud dengan sindrom malabsorbsi ialah penyakit yang berhubungan dengan gangguan pencernaan (maldigesti) dan atau gangguan penyerapan (malabsorbsi) bahan makanan yang dimakan. Dengan demikian sindrom malabsorbsi dapat berupa gangguan absorbsi karbohidrat, lemak. Protein, dan vitamin. Pada anak yang sering dijumpai adalah malabsorbsi karbohidrat, khususnya malabsorbsi laktosa (intoleransi laktosa) dan malabsorbsi lemak.
Di luar hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat juga istilah diare fungsional. Diare ini biasanya pada bayi disebut diare kronis tidak spesifik, sedangkan pada kasus yang terjadi kemudian pada masa anak disebut Toddler’s Diarrhea. Pada diare ini, tidak ditemukan adanya penyebab anatomis maupun infeksi radang. Diare biasanya terjadi tanpa kejadian pencetus yang jelas. Keadaan ini dikaitkan dengan gangguan fungsi motilitas usus pada masa kanak-kanak.
Sumber :
- Buku Pendidikan Medik Pemberantasan Diare, Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular, Departemen Kesehatan RI, 1999.
- Nelson, Pediatrics. 15th Edition.
No Comments
lalu bagaimana mengatasinya?apakah yg seharusnya diberikan kpd bayi sebagai obatnya?trimakasih banyak ats jawaban Ibu
Untuk bayi/anak diare yg terpenting adalah beri cairan untuk diminum sebanyak yg dibutuhkan untuk menggantikan cairan yang keluar, beri makan aeperti biasa. kalau bayi/anak lemas, tidak mau minum, diare >3x sehari, atau ibu kuatir, jangan tunggu lama2, langsung segera ke dokter agar ditangani ya
Untuk bayi/anak diare yg terpenting adalah beri cairan untuk diminum sebanyak yg dibutuhkan untuk menggantikan cairan yang keluar, beri makan aeperti biasa. kalau bayi/anak lemas, tidak mau minum, diare >3x sehari, atau ibu kuatir, jangan tunggu lama2, langsung segera ke dokter agar ditangani ya