[pullquote]Preman Super tak hanya menaungi para ibu pemulung dan prasejahtera untuk berlatih, tetapi juga wadah untuk berkreativitas dalam memperkuat perekonomian keluarga.[/pullquote]
Suatu ketika di tahun 2010 Peni tengah aktif dalam suatu kegiatan sosial mendampingi kelompok ekonomi marjinal khususnya ibu-ibu yang berada di perkampungan. Saat itu ia berkesempatan berinteraksi dengan ibu-ibu golongan pemulung dan ibu rumah tangga ekonomi prasejahtera.
Disitu ia melihat betapa berat beban yang harus dipikul perempuan pemulung. Bekerja keras setiap hari, bergelut dengan sampah dan tetap mengurusi keluarga. Sering kali masalah kesehatannya sendiri terabaikan.
Peni pun mendapati fakta bahwa wanita dengan tingkat ekonomi rendah cenderung tidak berani tampil di depan umum, tidak percaya diri dan bargaining power.
Kenyataan pahit itulah yang mendorong Peni mengumpulkan perempuan pemulung. Bicara dari hati ke hati dengan mereka tentang kehidupan dan pekerjaan. Mereka tak ingin selamanya memulung jika ada kesempatan yang lebih baik. Bekerja sebagai pemulung menyisakan cerita sedih saat menerima penghinaan. Tak jarang mereka bahkan dianggap mencuri.
Hati Peni tersentuh. Lantas terbersitlah untuk mengajak mereka mencari celah keluar dari lubang kemiskinan. Peni mulai menyusun rencana. Ia mengatur pertemuan dengan para perempuan mandiri dengan ekonomi yang sudah mapan, yang mempunyai kegiatan usaha sendiri dan memiliki ketertarikan dalam bidang sosial. Dengan satu misi dan visi sepakat membuat sebuah komunitas, yang nantinya menjadi wadah bagi para perempuan pemulung untuk bisa masuk ke sektor industri kreatif sehingga dapat meningkatkan perekonomian mereka.
Pada tahun yang sama Peni mendapat undangan dari sebuah badan sosial yang bermarkas di Oxfam Australia. Mewakili daerah Malang, Peni mengikuti serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menyebarkan pesan perubahan yang dilakukan di berbagai bidang. Disana ia diminta untuk membuat kata-kata inspiratif yang akan digunakan sebagai simbol dari gerakan perubahan. Setelah cukup lama memikirkan dipilihlah nama Preman Super (Perempuan Mandiri Sumber Perubahan), yang resmi didirikan di Malang pada tahun 2013.
Lintas kerja Preman Super
Sebagai organisasi yang menaungi para wanita pemulung dan ibu rumah dari ekonomi prasejahtera. Preman Super berusaha menciptakan ruang lingkup bagi para ibu untuk berkreasi dan berdaya upaya dalam meningkatkan perekonomian keluarga. Peni bersama ibu-ibu pemrakarsa Preman Super dan dinas-dinas terkait memberikan berbagai pelatihan, seperti membatik, menjahit, merajut, sulam pita, memasak, membuat kerajinan herbal dan lainnya. Pelatihan diberikan sesuai dengan kemampuan masing-masing peserta.
Selain pelatihan, komunitas preman super juga melakukan pendampingan dalam olah produksi. Proses olah produksi biasanya dilakukan di masing-masing wilayah yang sudah dibagi dan ditentukan berdasar kesepakatan anggota dan pengurus Preman Super.
Selain pelatihan lingkup kerja preman super juga membantu dan memberi penyuluhan pada para ibu dalam proses packaging, pengurusan legalitas hingga pemasaran produk. Banyak sudah produk yang telah dihasilkan, antara lain; abon lele, bumbu penyedap non MSG yang dibuat dari bahan sawi langit, produk herbal, aneka craft, tas, sepatu, aneka suvenir, dan lain-lain.
Untuk pemasaran, Preman Super telah mendirikan sebuah galeri yang juga menjadi markas bertemunya para anggota komunitas Preman Super yang berada di daerah Plaosan Timur, Malang. Preman Super juga aktif di berbagai event yang diadakan pemerintah, membuka galeri di dinas kesehatan, koperasi Disperindag serta memasuki pasar retail dan gudang oleh-oleh. Guna menjangkau pasar yang lebih luas, Preman Pasar membuat website, www.premansuper.com.
Tantangan yang dihadapi
Perjalanan Preman Super bukan tanpa kendala, banyak hal harus dilalui, misalnya bagaimana mengubah pola pikir dari orang-orang yang termajinalkan tersebut, yang memiliki kepercayaan diri rendah. Bahkan mereka sulit menentukan nilai untuk produk yang mereka buat. Disana Peni berusaha memberikan pengetahuan tentang bagaimana menentukan nilai produk yang dihitung dari lama proses pembuatan, bahan, dan upah yang harus mereka terima.
Tantangan lain adalah masalah manajemen waktu. Ibu-ibu pemulung sulit dan tak terbiasa membagi waktu antara keluarga dan bekerja membuat produk tersebut. Belum lagi daya tangkap dalam menerima keterampilan yang diajarkan. Ini membutuhkan kesabaran dan ketelatenan. “Saat latihan sulam pita kami harus menyediakan jarum lebih banyak karena mereka kerap mematahkan jarum hingga berkali-kali,“ ungkap ibu tiga anak ini.
Tantangan lain adalah ketika seorang anggota berhasil dalam usahanya dan melepaskan diri dari komunitas Preman Super. Dengan demikian secara otomatis, ia tidak lagi menerima transfer ilmu keterampilan, pengalaman, serta peluang usaha untuk sesama rekan di komunitas Preman Super. “Kami berharap anggota komunitas yang menerima keterampilan akan berbagi ilmu kepada temannya. Demikian juga ketika menerima order, mau berbagi job dengan rekan sesama komunitas,’’ jelasnya.
Kerja keras yang berbuah manis
Sekian lama mendampingi komunitas Preman Super menorehkan banyak cerita manis dan mengharukan bagi Peni Dwi Astuti. Menurut wanita kelahiran Trenggalek 9 September 1969 ini. Ia kerap merasa terharu ketika menyaksikan anggotanya berbahagia, karena semula adalah pekerja kasar lalu bisa menghasilkan produk yang diterima pasar. “Mereka tidak menyangka bisa membuat produk seperti itu.”
Terkadang Peni tak kuasa membendung air matanya ketika anggotanya menitikkan air mata saat datang ke pelatihan di sebuah hotel atau gedung dinas. Bagi mereka ini sebuah keajaiban, karena selama mereka jadi pemulung hal itu mustahil terjadi.
Kebahagiaan terbesar bagi Peni adalah ketika perekonomian para anggota mulai meningkat. Jika semula membeli beras untuk makan susah, kini mereka mampu membeli bedak. Suami yang dulu menentang aktivitas istri, kini justru mendukung.
Harapan Peni, anggotanya semakin terasah dan terampil dalam berkreasi dan saling memberi manfaat satu sama lain.