Langkah yang tak mudah adalah bagaimana mengubah pola pikir dari orang-orang marjinal yang merasa terpinggirkan menjadi berarti.
Melihat sisi kehidupan seorang pemulung yang memilukan, berkutat dengan sampah setiap hari, tanpa pernah menggubris kesehatan demi hasil yang tak seberapa. Belum lagi caci maki, hinaan, belum lagi tudingan mencuri kerap dialami mereka. Dalam lorong kemiskinan mereka seolah tak pernah memiliki keberanian untuk menunjukkan jati diri mereka karena merasa tak berdaya.
Wacana yang menjadi wadah perubahan
Kenyataan-kenyataan itulah yang terus terlintas di pikiran Peni Dwi Astuti. ”Melihat apa yang ada di depan mata saya. Bagaimana para pemulung mengais rejeki dan keseharian mereka bersama keluarga membuat saya terus berpikir bagaimana membawa mereka pada perubahan,“ tutur Peni.
Hingga suatu kesempatan datang saat ia diundang sebuah badan sosial yang bermarkas di Oxfam Australia. Disanalah wanita kelahiran Trenggalek 9 September 1969 ini diminta membuat kata-kata inspiratif. “Preman Super memiliki arti Perempuan Mandiri Sumber Perubahan. Komunitas ini secara resmi berdiri di Malang pada tahun 2013,” jelas Peni.
Merangkul dinas-dinas terkait, Peni bersama Preman Super memberikan berbagai pelatihan kepada pemulung. Membatik, menjahit, merajut, sulam pita, memasak, membuat kerajinan herbal adalah bagian keseharian Peni bersama Preman Super. Selain pelatihan, komunitas preman super juga melakukan pendampingan dalam olah produksi, penyuluhan pada proses packaging, pengurusan legalitas hingga pemasaran produk.
Banyak sudah produk yang telah dihasilkan oleh komunitas preman super diantaranya berupa abon lele, bumbu penyedap non MSG yang dibuat dari bahan sawi langit, produk herbal, aneka kraft, tas, sepatu, suvenir dan lainnya. Untuk pemasarannya sendiri Preman Super telah mendirikan sebuah galeri yang juga menjadi markas komunitas, aktif di berbagai event yang diadakan pemerintah, membuka galeri di dinas kesehatan, koperasi Deperindag serta memasuki pasar ritel dan gudang oleh-oleh. Memperluas pasar di luar kota Malang, dan komunitas ini juga telah membuat sebuah website yang khusus membantu memasarkan produk untuk luar daerah.
Cerita yang tersisa
Menjalani pasang surut bersama Preman Super tentu menyisakan banyak cerita bagi Peni. Salah satunya adalah ketika ia menyaksikan pancaran kegembiraan dari wajah anggotanya ketika melihat kreasinya disukai banyak orang. “Mereka selalu bilang ke saya kalau mereka tak percaya bisa membuat kreasi seperti itu.”
Hal lain yang tak kalah mengharukan adalah ketika anggotanya menitikkan air mata saat mendapat pelatihan di hotel atau gedung dinas. “Mereka selalu berkata seperti keajaiban bisa masuk hotel atau gedung pemerintahan karena selama mereka jadi pemulung hal itu adalah sesuatu yang mustahil,” ungkap Peni menutup perbincangan.