[quote type=”center”]Si Kecil telah lahir dengan sehat. Tapi normalkah bila di minggu-minggu pertama sepanjang hari ia tidur ?[/quote]
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]P[/dropcap]engasuh bayi, terutama bayi baru lahir adalah pekerjaan yang sangat menguras tenaga. Hal ini akan terasa semakin berat bila orangtua kurang tidur dan kelelahan. Permasalahan tidur pada bayi merupakan hal yang sering dikeluhkan orang tua di seluruh dunia. Pola tidur bayi seringkali tidak sesuai dengan pola tidur orang dewasa. Bayi dapat tidur seharian, dan justru terbangun di malam hari saat orang tua ingin istirahat.
Bagaimana pola tidur bayi?
Bayi baru lahir umumnya tidur selama 14-18 jam di minggu pertama dan 12-16 jam saat berusia 30 hari. Namun demikian, sebagian besar bayi tidak dapat mempertahankan tidurnya hingga lebih dari 2-4 jam setiap kali tidur, baik siang atau malam hari. Bayi akan banyak tidur, namun dalam waktu yang tidak teratur dan melelahkan bagi orang tua.
Siklus tidur bayi berlangsung lebih singkat daripada dewasa, dan pada bayi terjadi tidur fase rapid eye movement (REM) yang lebih panjang dibandingkan dewasa. Pada fase REM terjadi perkembangan otak yang pesat. Tidur fase REM adalah tidur yang tidak terlalu dalam, sehingga bayi mudah terusik.
Fase tidur tidak teratur ini, lama-kelamaan akan menghilang dan pola tidur bayi akan terbentuk. Usia 6-8 minggu, bayi tidur lebih singkat di siang hari dan lebih lama di malam hari. Bayi juga mengalami fase REM lebih singkat dan digantikan periode tidur non-REM yang lebih dalam dan lelap. Pada usia 3-6 bulan, sebagian besar bayi dapat tidur hampir sepanjang malam sekitar 5-6 jam.
Bagaimana melatih pola tidur bayi?
- Aturlah siklus tidur siang dan malam. Orangtua dapat melatih bayi sedini mungkin agar mengerti bahwa malam hari adalah waktu tidur, dan siang hari adalah waktu bermain dan beraktivitas.
- Selama siang hari lakukan aktivitas yang menstimulasi bayi. Ajak si Kecil bermain dan jaga agar tidak langsung tidur setelah menyusu
- Pada malam hari, ciptakan suasana yang mendukung untuk istirahat seperti ruangan yang redup dan suara tenang. Hindari mengajak bermain anak dengan aktivitas yang menstimulasi.
- Ajarkan bayi untuk dapat tidur sendiri. Biarkan bayi tidur sendiri tanpa harus menimang/menggendongnya. Tujuannya agar bayi dapat tertidur kembali tanpa bantuan Anda.
- Setelah berusia beberapa minggu, orang tua dapat mulai menyusui bayi hingga bayi mengantuk (bukan tertidur) dan letakkan di tempat tidur agar bayi dapat tertidur sendiri.
- Bila orangtua ingin mengayun bayi sebelum tidur, pastikan bayi tidak tertidur di lengan Anda.
- Melatih bayi tidur sendiri bukan hal mudah, dibutuhkan waktu berbulan-bulan. Jangan terlalu memaksakan apabila si Kecil tampak gelisah dan tidak dapat tidur.
Apakah perlu dibangunkan untuk menyusu?
Sebagian besar bayi akan terbangun sendiri untuk menyusu setiap 3-4 jam. Orangtua tidak perlu membangunkannya untuk menyusui, kecuali disarankan dokter.
Namun demikian, jangan biarkan bayi tidur lebih dari 5 jam terutama pada 5-6 minggu pertama. Pada minggu-minggu pertama, bayi dapat kehilangan hingga 10% berat badannya. Membangunkan anak di malam hari dapat dilakukan bila bayi belum mencapai berat lahirnya kembali dalam beberapa minggu awal setelah lahir. Hal ini terutama penting untuk bayi prematur yang membutuhkan asupan makan lebih sering dan peningkatan berat badan lebih banyak.
Sebagian besar ahli tidak menyarankan membangunkan bayi untuk menyusu di malam hari, karena hal ini akan merusak pola tidur bayi dan bayi tidak dapat menemukan “jadwal tidur”nya. Orang tua juga tidak perlu membangunkan bayi di siang hari, karena sebagian besar bayi akan lebih mudah terbangun sendiri di siang hari. Namun, apabila orangtua menemukan bayinya tidur lebih lama di siang hari, bayi boleh dibangunkan untuk melatih bayi membedakan siang (waktu aktivitas) dan malam (waktu tidur).
Bagaimana posisi tidur yang tepat?
American Academy of Pediatrics (AAP) dan National Institute of Child Health and Human Development (NICHD) merekomendasikan beberapa hal terkait tidur terutama untuk mengurangi risiko SIDS (Sudden Infants Death Syndrome) saat anak tidur:
- Tidurkan bayi dalam posisi telentang di kasur yang cukup padat dalam tempat tidur bayi yang sesuai standar keamanan.
- Singkirkan bantal, guling, selimut, boneka, dan benda lembut lain dari tempat tidur bayi.
- Jika orangtua ingin menggunakan selimut, selipkan di bawah kasur.
- Pastikan tidak ada benda yang menutupi kepala bayi selama tidur.
- Jangan tidurkan bayi di sofa, kasur air, bantal, atau dasar lain yang bersifat terlalu empuk sebagai alas tidur bayi.
- Bayi lebih aman tidur sendiri:
- letakkan tempat tidur bayi di kamar Anda terutama dalam 6 bulan pertama untuk menjamin pemberian ASI eksklusif
- bayi dapat ditidurkan di kasur bersama orangtua namun pindahkan ke tempat tidurnya sendiri apabila ia sudah tertidur.
- bila orangtua tidur bersama bayinya di satu tempat tidur, pastikan orangtua tidak merokok atau mengonsumsi obat atau alkohol yang mempengaruhi kemampuan orang tua untuk bangun dan bereaksi cepat.
Bayi sebaiknya tidur telentang, namun pada saat bangun, orangtua dapat melatih bayi dengan berbagai posisi lain. Letakkan bayi dengan posisi tengkurap pada saat bayi bangun untuk melatih otot bayi, melatihnya agar dapat mengangkat kepala serta melatih penglihatannya.
Setiap bayi membuat orang tuanya terjaga pada malam hari. Yang penting adalah buatlah diri Anda nyaman. Berkomunikasi dengan pasangan mengenai giliran bangun malam, dan menjaga agar tidak frustasi dan stress. Percayalah seiring berjalannya waktu si Kecil Anda akan menemukan ritme hariannya. Dan Anda kembali memperoleh istirahat malam yang nyenyak.
Referensi :
- Fries WC. Baby sleep. Downloaded from: http://www.webmd.com/parenting/baby/sleep-10/expert-answers
- Elizabeth Pantley. Newborn Babies and Sleep. The No-Cry Sleep Solution. http://www.pantley.com/elizabeth
- American Academic of Pediatric. The Changing Concept of Sudden Infant Death Syndrome: Diagnostic Coding Shifts, Controversies Regarding the Sleeping Environment, and New Variables to Consider in Reducing Risk. PEDIATRICS Vol. 116 No. 5 November 2005