[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]H[/dropcap]ubungan mesra dengan pasangan Anda mungkin diwarnai oleh permasalahan antara mertua dengan menantu. Bisa berupa masalah yang kita alami akibat orangtua pasangan, sebaliknya bisa juga penyebabnya orangtua kita yang kurang sreg dengan perilaku pasangan kita.
Seringkali pertengkaran dalam rumah tangga terpicu oleh ucapan yang sengaja maupun tak sengaja terlontar, misalnya:
- “Aku nggak bakalan mau ketemu orangtua kamu lagi!”
- “Harusnya kamu bilang sama orangtuamu bahwa kamu bukan bagian dari mereka lagi!”
- “Kalau kamu betul-betul mencintaiku, kamu harusnya belain aku dong!”
- “Kalau kamu memang cinta padaku, harusnya kamu juga mau ikut aturan orangtuaku!” (jika orangtua kita yang jadi masalah bagi pasangan)
Apalagi kalau kalimat-kalimat ini diucapkan dengan muka cemberut dan suara keras plus bantingan barang, tentunya akan semakin menyulut pertengkaran. Perlu disadari bahwa semakin ekstrim reaksi kita, pasangan justru akan menjadi lebih defensif dan perbaikan konstruktif yang kita harapkan justru akan semakin sulit terwujud.
Komunikasi, kunci utama
Nah, kalau begitu bagaimana cara membicarakan hal ini dengan pasangan? Pertama, ketahui dulu kunci utama menjalin komunikasi yang hangat:
- Kedua pasangan berada dalam kondisi ingin saling bicara, tidak sedang sangat lelah atau sakit, ataupun sedang marah.
- Bisa juga janjian dulu sebelumnya untuk bicara, misalnya, “Aku pingin diskusi sesuatu yang penting nih, kapan enaknya kita bicara berdua?”
- Ciptakan kehangatan situasi dulu, misalnya dengan secangkir teh hangat dan kue-kue kesukaan, ditemani lantunan musik favorit.
- Lakukan pembicaraan dengan intonasi rendah seperti ketika sedang membicarakan hal-hal menyenangkan sehari-hari, bukan dengan intonasi tinggi seperti ketika sedang marah.
- Atur irama napas Anda setenang mungkin. Menahan napas, seperti yang sering kita lakukan ketika marah, justru akan membuat emosi semakin sulit terkendali.
Kalau sudah lulus dengan tahap pertama ini, berikut ini adalah kalimat-kalimat yang bisa Anda tiru:
- “Aku tahu kamu sayang sekali kepada orangtuamu. Tapi ini adalah kesekian kalinya mereka menyakiti hatiku dengan perkataannya. Kalau aku marah kepada mereka, mungkin akan membuat kamu sakit hati. Tapi kalau tidak, mereka mungkin akan terus melakukannya. Bisakah kita mendiskusikannya?”
- “Aku ingin tetap menghormati mereka, dan aku juga menghormatimu. Tapi aku merasa sulit sekali melakukan hal itu sekarang terhadap mereka. Menurutmu, apa yang harus aku lakukan untuk mengatasi kesulitanku ini?”
- “Kalau lain kali ayahmu kasar lagi terhadapku, menurutmu apa yang harus aku katakan kepadanya?”
- “Apa yang harus aku bilang kepada mamamu jika beliau diam-diam memberi permen lagi kepada anak-anak, padahal sudah berulangkali aku mengingatkan?”
- “Aku betul-betul sudah berusaha bersabar, tapi sekarang ini sulit sekali buatku untuk mentoleransi perbuatan mereka lagi. Kamu juga harus tahu bahwa ini berat juga buatku untuk merasakan hal ini terhadap orangtuamu. Akan sangat membantu kalau kita bisa bicarakan ini dan rencanakan hal lain.”
- “Aku mengerti bahwa mereka sulit sekali berubah karena sudah tua. Kalau aku tahu bahwa kamu berusaha membantuku dan bahwa kita akan berusaha mengatakan ini lagi kepada orangtuamu, aku betul-betul akan berusaha lagi untuk bertoleransi terhadap mereka.”
- “Aku akan mencoba untuk tidak terlalu keras kepadamu kalau aku pikir kamu terlalu lembut saat bicara dengan orangtuamu. Dan aku mohon kamu juga berusaha untuk bicara kepada mereka beberapa kali lagi, bagaimana menurutmu?”
Kalau orangtua Anda yang jadi sumber masalah, pasangan perlu merasa yakin bahwa Anda memahami dampak perbuatan mereka terhadap dia. Jika Anda justru terus-menerus membela orangtua Anda atau menganggap bahwa ini seakan-akan tak ada, Anda hanya berpura-pura bahwa semua masalah ini bisa lewat begitu saja. Ini justru akan menyakitkan bagi pasangan Anda.
Coba katakan kalimat-kalimat ini :
- “Kamu benar, orangtuaku memang sulit. Aku menghargai usaha kamu untuk bersabar dan bertahan terhadap perlakuan mereka. Dan aku tahu ini sulit sekali buat kamu. Mungkin aku juga kesulitan untuk menghadapi mereka seperti yang kamu mau. Percayalah bahwa ini juga sulit untukku. Tapi aku akan berusaha. Tolong pahami aku.”
- “Sepertinya mereka tidak akan berubah jika aku melawan mereka. Mereka mungkin justru akan lebih marah, tapi tidak akan menjadi lebih baik. Aku betul-betul minta tolong kamu untuk mengerti bahwa kita memang harus menerima ini. Tapi aku juga akan bicara kepada mereka dan semoga secara perlahan mereka juga akan berubah.
Berikut ini ada juga rambu-rambu menghadapi masalah mertua-menantu dalam kehidupan perkawinan :
- Berhati-hatilah kalau ingin mengeluh tentang mertua Anda, walaupun pasangan Anda sering melakukannya terhadap orangtuanya sendiri.
- Ceritakan hal-hal baik tentang pasangan Anda kepada orangtua Anda, dan sebaliknya hal baik tentang orangtua kepada pasangan Anda. Boleh juga Anda memberikan komentar positif tentang kemiripan mereka. Misalnya, “Wah, Papa kalau sudah momong anakku sama sabarnya deh dengan Mas Agus.”
- Hindari pertengkaran berbau ‘Lakukan dengan cara ini kalau kamu mencintaiku’. Hormati pandangan satu sama lain.
- Jika Anda berperan sebagai anak dari orangtua yang bermasalah dengan pasangan (orangtua Anda bertengkar dengan pasangan Anda), Anda perlu terlihat berusaha membela pasangan di hadapan orangtua. Kalaupun Anda tak berhasil mengubah orangtua Anda, efek perbuatan Anda akan baik di mata pasangan. Jika Anda merasa bahwa memang pasangan yang bersalah, tetap sampaikan kepada orangtua Anda secara baik, di sisi lain tegurlah pasangan.
Selalu katakan kepada diri Anda sendiri bahwa pasangan Anda berusaha menerima orangtua Anda, dan sebaliknya orangtua Anda pun sedang dalam proses mengerti dia – walaupun Anda yakin sebaliknya. Semakin sering Anda bersikap positif terhadap masalah ini, ini justru akan bisa menjadi doa Anda agar masalah ini cepat selesai.
O ya, ada trik menarik juga agar Anda dan pasangan tetap mesra walaupun sedang mengalami masalah mertua-menantu. Coba tip ini
- Tiap kali sang menantu merasa bermasalah dengan mertua, buat tanda centang di kalender atau agenda. Jika jumlah centang sudah mencapai angka tertentu, pasangan punya cukup ‘poin’ untuk pergi makan malam romantis atau menonton berdua, sebagai ‘pelipur lara’.
- Berikan dukungan emosional kepada pasangan. Tiap kali orangtua mengatakan atau melakukan sesuatu yang menyakitkan atau mengesalkan, siapkan ciuman dan pelukan mesra kepadanya untuk menyembuhkan luka hati Anda berdua.
Referensi :
- Coleman, Paul W. (2002). How to Say It for Couple: Communication with Tenderness, Openness and Honesty. Paramus, NJ: Prentice Hall Press.
- DeGenova, Mary Kay. (2008). Intimate Relationship, Marriages & Families, 7th ed. New York: McGraw Hill.