Arini curhat kepada Vika sahabat SMA nya… “Duh, Vik payah deh anakku si Dito, masak baru kelas 3 SD uang sakunya sehari 20 ribu? Banyak godaan jajan sih di sekolahnya,” keluh Arini.
“Masak sih? Kalau anakku Vidhya, aku kasih mingguan. Seminggu 50 ribu. Tapi dia jarang jajan, karena selalu bawa makanan dari rumah. Yah, paling kalaupun jajan dia beli susu atau jus,” sahut Vika.
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]M[/dropcap]emang tidak ada patokan yang pasti soal besaran uang saku. Yang jelas saat anak ditinggal di sekolah, saat itu orangtua sudah bisa mulai memberi uang saku. Biasanya setelah masuk SD karena anak tidak ditunggui lagi.
Harian, mingguan, atau bulanan?
Ada orang tua yang memberinya secara harian—setiap anak mau berangkat ke sekolah. Biasanya ini dilakukan saat anak masih duduk di bangku sekolah dasar (SD), dan ketika menjelang masuk SMP, mulai diberikan kepercayaan mengelola uang sakunya secara mingguan. Dan beranjak besar, anak dapat diberi uang saku bulanan dan seterusnya.
Tentu si anak tidak langsung mampu mengelola keuangannya dengan baik. Bisa saja anak SMP, baru tiga hari saja uang sakunya sudah ludes. Atau baru tiga minggu, si anak SMA sudah melapor lagi meminta bantuan. Tidak masalah. Anak-anak harus terus belajar. Lebih baik sekarang dia gagal mengelola uangnya, daripada nanti ketika kuliah di tempat jauh (kota lain, luar negeri) atau bekerja, dia tidak bisa mengelola keuangannya.
Uang saku atau uang jajan adalah uang yang diperuntukkan memenuhi kebutuhan tersier saat anak bersekolah. Ada banyak pendapat yang pro dan kontra tentang pemberian uang jajan pada anak. Ada beberapa yang menyatakan pemberian uang jajan dapat melatih kemandirian anak. Namun, ada juga pendapat yang menyatakan bahwa pemberian uang jajan hanya memanjakan anak dan tidak ada gunanya.
Manfaat memberi uang saku
Memberi uang jajan dapat melatih anak mengenal penggunaan uang yang baik, bertanggung jawab atas barang kepemilikannya sendiri, mengaplikasikan kemampuan matematis dan stategisnya, melatih anak menabung, serta dapat membantu anak memenuhi keperluaannya di saat mendesak.
Kapan anak siap?
Uang jajan hanya dapat diberikan pada anak-anak yang sudah siap. Anak dinyatakan siap untuk menerima uang jajan ketika:
- sudah memahami fungsi uang sebagai alat tukar
- sudah dapat melakukan perhitungan matematis dengan teliti baik yang tampil dalam soal cerita ataupun bukan
- sudah dapat mengenali keperluan yang penting dan mendesak
- sudah memahami proses menabung
Sudah sesuaikah?
Setelah kebutuhan primer dan sekunder anak untuk bersekolah sudah terpenuhi dengan baik. Orangtua dapat mempertimbangkan pemberian uang jajan pada anak. Pembiasaan pemberian uang jajan dapat disesuaikan dengan karakteristik anak dan situasi kehidupan sehari-hari yang anak alami. Pada dasarnya, pelatihan sejak dini dan rutin perlu dilakukan. Sejak anak sudah siap, orangtua dapat secara perlahan memberikan uang jajan pada anak. Nominal uang jajan dimulai dari nominal paling kecil yang hanya bisa ditabung setiap harinya dan baru bisa dijajankan setelah beberapa hari uang terkumpul di celengan.
Salah satu contohnya adalah pemberian uang jajan sebesar Rp. 1.000,-. Setelah tiga atau lima hari uang ditabung, orangtua dapat melihat jumlah tabungan yang dimiliki anak. Di akhir minggu, orangtua dapat memberikan pujian atas keberhasilan yang dicapai anak dan meminta kesediaan anak untuk melanjutkan hal yang serupa di minggu selanjutnya.
Setelah memahami penjelasan di atas, terlihat bahwa dengan pemahaman dan pengawasan yang tepat, pemberian uang jajan merupakan sarana belajar dan berlatih yang bermanfaat kelak.
Ajari Anak Menabung
a. Ajari anak menghargai uang
Beri anak uang saku dan paparkan keperluan yang harus ia beli dari uang saku tersebut, misalnya fotokopi, pulsa, dan jajan. Minta anak mencatat segala pengeluarannya. Lalu lihat di akhir minggu, apakah ada uang yang tersisa. Jika ternyata kurang, coba diskusikan dengan anak dengan melihat secara bersama catatan anak.
b. Tabung sisa uang sakunya
Coba tantang anak untuk bisa menabung. Mulai lah dengan jumlah kecil. Sediakan celengan dan usahakan yang transparan. Jadi, anak akan melihat uangnya semakin banyak. Dia akan termotivasi membuat celengannya cepat penuh. Lebih seru lagi bila ada adik/kakaknya, mereka akan lebih termotivasi.