[pullquote]Sering kali, orangtua habis ide atau bahkan tak tahu bagaimana caranya membangun ikatan dan kedekatan dengan anak-anak.[/pullquote]
[dropcap style=”color: #83d358;”]A[/dropcap]nda mungkin sering mendengar atau membaca tentang bonding. Apa sih itu ? Bonding adalah suatu keterikatan antara anak dengan orangtuanya. Dalam literatur psikologi, bonding sering diasosiasikan dengan keterikatan pada beberapa hari sampai beberapa minggu setelah kelahiran anak. Para ahli psikologi lebih suka menyebut proses pembentukan keterikatan tersebut dengan istilah attachment.
Tiga tahun pertama, penting!
Awalnya adalah studi ahli etologi Konrad Lorenz bahwa bayi-bayi binatang akan melakukan imprinting (bonding instan terhadap benda bergerak pertama yang dilihat, biasanya terjadi pada unggas). Lorenz membuktikan bahwa anak angsa yang baru saja menetas dari telurnya akan terus mengikuti apapun yang bergerak, termasuk kalau yang pertama dilihatnya adalah manusia atau hewan lain.
Seorang ahli psikologi, John Bowlby, kemudian mengembangkan penelitiannya terhadap manusia, dan menyebutkan bahwa 3 tahun pertama hidup seorang anak adalah waktu paling baik untuk pengembangan kedekatan antara orangtua dan anak. Studi Bowlby kemudian dikembangkan oleh koleganya, Mary Ainsworth, yang kemudian mengklasifikasikan bentuk-bentuk attachment antara orangtua dengan anak. Dari studi Ainsworth, kita mengetahui bahwa sebagian besar anak sebetulnya mengalami perasaan aman (secure) terhadap orangtuanya (secure attachment). Sementara ada sebagian kecil yang mengembangkan perasaan tidak aman (insecure).
Secure vs insecure
Studi attachment kemudian membuktikan bahwa anak yang secure cenderung berkembang lebih sehat mental dibandingkan anak insecure. Shaffer (2005) mengumpulkan berbagai penelitian yang membandingkan antara anak insecure dengan anak secure.
Anak yang secure terbukti mampu memecahkan masalah dengan lebih baik, lebih kreatif, menunjukkan lebih banyak emosi positif, lebih bisa bergaul karena lebih sensitif kepada teman-temannya, lebih banyak inisiatif dan lebih mampu menjadi pemimpin, lebih semangat belajar sehingga cenderung lebih berprestasi, dan masih banyak kelebihan positif lain. Sementara anak insecure cenderung lebih banyak menunjukkan kemarahan dan agresivitas, sulit diatur, tunjukkan beberapa gangguan psikologis, dan beberapa kekurangan lain.
Tidak berhenti di masa kanak-kanak. Ketika dewasa, individu secure pun berbeda dari individu yang insecure. Menurut Miller (2012), mereka yang secure cenderung lebih menghargai dan lebih bersahabat dengan pasangannya, lebih menikmati hubungan seksualnya, lebih menghormati komitmen pernikahan, sehingga cenderung lebih berbahagia dalam pernikahannya. Sementara itu mereka yang insecure cenderung terus mencurigai pasangannya, lebih posesif, pemarah, dan penuntut terhadap pasangannya, sehingga cenderung lebih bermasalah dengan pasangannya. Individu insecure lebih banyak terlibat dalam pertengkaran dengan orang lain di sekitarnya, bahkan banyak di antaranya yang melakukan tindak kriminal.
Bagaimana menciptakannya bentuk attachment yang secure untuk anak-anak ? Ide-ide di bawah ini bisa dicoba.
0-6 bulan
Menyusui bayi, bukan hanya memberi ASI. Dari sisi pembentukan attachment, yang penting adalah pelukan, tatapan mata, juga ajakan mengobrol yang tulus dari ibu. Kalau seorang ibu menyusui sambil sibuk mengurusi ini itu atau bahkan main game atau bekerja, pembentukan attachment lewat proses menyusui jadi kurang optimal. Usahakan pula mengenal jenis-jenis tangisan atau cara bayi berkomunikasi agar dapat meresponsnya dengan benar.
6-12 bulan
Tetap banyak menggendong dan memeluknya, namun juga memberikan anak kesempatan untuk mengeksplorasi dunianya sendiri. Artinya anak jangan terus dalam gendongan, tapi sesekali biarkan dia bebas merangkak atau berguling. Agar anak lebih aman (dan untuk menambah rasa percaya diri anak), pastikan tatanan rumah aman buat anak.
Batita
Pastikan anak memiliki beberapa rutinitas harian, misalnya untuk bangun, makan dan tidur. Adanya keteraturan membuat anak merasa lebih aman karena ia merasa bisa memprediksi apa yang akan terjadi berikutnya. Dalam menjalankan kegiatan-kegiatan hariannya, sudah tentu banyak penolakan dari anak. Oleh karena itu bersabarlah, selalu usahakan bicara dengan ceria atau dengan intonasi tenang, kurangi kemarahan Anda dengan berusaha lebih memahaminya: “Namanya juga anak-anak.”
Balita
Banyaklah mengajak anak bermain, sesuai kegemaran mereka. Perbanyak pula kesempatan mengobrol bersama anak, bicarakanlah berbagai topik, tentu dilakukan dengan bahasa anak. Kalaupun Anda merasa perlu mengajari anak, lakukan dengan kreatif dan gembira. Berikan anak target yang sedikit saja di atas kemampuannya, agar anak tetap terstimulasi, namun juga lebih mungkin berhasil. Jangan lupa perbanyak memuji segala usahanya. Satu lagi, tingkatkan ketrampilan Anda sebagai orangtua biar semakin tahu bagaimana cara mengasuh anak yang semakin sulit diatur dengan hangat.
Usia sekolah
Anak mulai disibukkan dengan berbagai aktivitas formal maupun informal sekolah. Berikan dukungan dengan sesering mungkin berusaha menemani proses belajarnya. Apabila anak mendapat nilai buruk, jangan langsung dimarahi, namun cari tahu apa yang masih menjadi kesulitan, dan bantu untuk segera mengatasinya. Daripada menasehati, usahakan lebih banyak bertanya dan mendengarkan jawabannya dengan penuh perhatian. Anak usia sekolah lebih kritis, maka kalau Anda salah, minta maaflah.
Selamat meningkatkan secure attachment dengan anak Anda!